Jakarta, UGC Logistics, 24/06/2025 - Selat Hormuz merupakan jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Teluk Persia dengan laut lepas dan menjadi rute vital bagi lalu lintas kapal tanker pengangkut minyak dunia. Lebih dari 20% pasokan minyak global melewati selat ini setiap harinya. Oleh karena itu, setiap ancaman terhadap penutupan Selat Hormuz dapat menimbulkan dampak serius, tidak hanya terhadap sektor energi tetapi juga terhadap
logistik global, termasuk aktivitas
ekspor, impor, dan pengiriman
cargo.
Mengapa Selat Hormuz Begitu Penting bagi Logistik Dunia?
Selat Hormuz merupakan penghubung utama bagi negara-negara penghasil minyak di Timur Tengah dengan pasar-pasar utama di Asia, Eropa, dan Amerika. Selain minyak dan gas, selat ini juga menjadi jalur
pengiriman barang lainnya seperti alat berat, bahan baku industri, dan berbagai produk
ekspor-impor lintas negara.
Jika selat ini ditutup, maka terjadi gangguan besar terhadap jalur distribusi internasional, termasuk keterlambatan pengiriman barang dan lonjakan biaya transportasi karena kapal harus mengambil jalur alternatif yang lebih panjang.
Dampak Potensial terhadap Industri Logistik dan Pengiriman Cargo
- Kenaikan Biaya Logistik Global
Jalur pengiriman yang lebih panjang otomatis meningkatkan konsumsi bahan bakar, biaya sewa kapal, serta asuransi kargo. Ini akan memengaruhi harga akhir barang ekspor dan impor di berbagai negara, termasuk Indonesia.
- Gangguan Rantai Pasok Internasional
Barang kebutuhan industri yang berasal dari kawasan Timur Tengah atau yang transit melalui Selat Hormuz bisa tertunda pengirimannya. Hal ini berisiko menimbulkan kelangkaan bahan baku, terutama di sektor energi, otomotif, dan manufaktur.
- Penyesuaian Jalur Domestik dan Regional
Negara-negara Asia, termasuk Indonesia, perlu menyiapkan strategi alternatif dalam rantai distribusi mereka, seperti mengandalkan pelabuhan domestik yang lebih fleksibel dan memperkuat koneksi jalur cargo domestik untuk menjaga suplai tetap stabil.
- Risiko Ketidakpastian Pasar
Ketidakstabilan geopolitik di kawasan Timur Tengah dapat meningkatkan risiko investasi di sektor logistik, memperlambat pembangunan infrastruktur pelabuhan, dan membuat pelaku usaha lebih berhati-hati dalam ekspansi freight forwarding.
Respons Sektor Logistik Indonesia
Meski Indonesia tidak berada langsung dalam rute Selat Hormuz, dampaknya tetap terasa melalui:
- Lonjakan harga bahan bakar dan tarif pengiriman
- Potensi inflasi harga barang impor
- Tantangan dalam menjaga kelancaran logistik domestik
- Peningkatan permintaan akan pengelolaan supply chain yang lebih adaptif dan efisien
Penyedia jasa freight forwarding dan pengiriman barang di Indonesia harus bersiap dengan rencana kontingensi, seperti menjalin lebih banyak mitra alternatif, memperkuat jaringan regional, dan memanfaatkan jalur laut domestik serta jalur udara sebagai pelengkap strategi logistik.
Penutupan Selat Hormuz bukan hanya krisis energi, tapi juga tantangan besar bagi dunia logistik. Untuk itu, pelaku usaha dan pengirim barang di Indonesia perlu mengikuti perkembangan geopolitik global dan menyesuaikan strategi ekspor-impor secara dinamis.
Dengan manajemen risiko yang tepat dan dukungan dari mitra logistik terpercaya, dampak dari potensi gangguan seperti ini bisa diminimalkan, memastikan barang tetap sampai ke tujuan — meski jalur dunia berubah.